Sabtu, 07 Juli 2012

Pendekatan dan Metode Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak




                  
                   Menurut R.J. Drost dalam Mardiyanto (2008:12) taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak usia prasekolah. Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk usia prasekolah sehingga kegiatannya mencakup kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004:2) disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Berdasarkan definisi di atas, anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2007:6) yang menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak usia antara lima sampai dengan enam tahun.
                 Masa Kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 1997: 27). Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya.
Pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.
Dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.
3. Kreatif dan Inovatif
 
Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut Moeslichatoen (1999) adalah :
1. Metode bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000:1). Menurut Sally (2008:17) bermain berarti anak itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Sedangkan menurut Hildebrand (1986:54), bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk menstransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa.
Berdasarkan definisi bermain di atas, bermain merupakan suatu sarana bagi anak untuk berlatih, mengeksploitasi dan merekayasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat untuk memperoleh informasi, kesenangan dan mengembangkan daya imajinasinya. Dengan demikian, aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lain seperti belajar. Walaupun sebenarnya dengan bermain, anak juga telah melakukan aktivitas belajar.
Ada beberapa ciri yang membedakan bermain dengan aktivitas lainnya yaitu: Aktivitas bermain dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Aktivitas bermain dapat dilakukan secara spontan dan sukarela tanpa adanya unsur paksaan karena anak yang menciptakan permainanya sendiri.
Kegiatan bermain berdasarkan jenisnya terdiri dari bermain aktif dan bermain pasif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2001:58) yang mengemukakan ada dua penggolongan utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Kegiatan bermain aktif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan ini meliputi bermain bebas dan spontan, bermain konstruktif, bermain khayal atau bermainperan, mengumpulkan benda-benda, melakukan penjelajahan, permainan dan olahraga, musik dan melamun.
Sedangkan bermain pasif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik. Misalnya membaca, melihat komik, menonton film, mendengarkan radio dan mendengarkan musik.
Bermain tidak hanya menyenangkan bagi anak, tetapi juga mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perkembangannya. Salah satunya adalah memperoleh pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Menurut Noviyanti ada beberapa manfaat bermain di antaranya adalah mengembangkan daya khayal anak.
Dengan berkhayal, penghayatan anak ketika bermain akan menjadi lebih bermakna. Contoh ketika anak sedang bermain dengan timbangan buatan, ia akan membayangkan sedang melakukan kegiatan menimbang seperti yang dilakukan oleh para pedagang di toko atau di pasar. Selain itu, dengan bermain secara tidak langsung anak telah mengembangkan kreativitas. Saat bermain anak seringkali menemukan pengalaman atau hal-hal baru. Hal-hal baru itu kemudian akan diaplikasikan di luar dunia bermainnya.
Misal anak akan tahu bagaimana cara mengukur setelah bermain dengan menggunakan penggaris buatan. Melalui kegiatan ini, anak juga dapat memuaskan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Bermain bagi siswa Taman Kanak-kanak merupakan kegiatan yang bermanfaat dalam perkembangan berbagai aspek yang menyangkut tiga ranah yaitu kognisi, afektif(sosio-emosional) dan psikomotorik (fisik-motorik). Ranah kognisi pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan berpikir dan cara individu memperoleh informasi dari lingkungan (Rosdianawati, 2006:12).
Dalam Kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dalam pengembangannya diwujudkan dalam kebiasaan berpikir. Di sini anak diajak untuk mengenal dan belajar mengenai obyek-obyek tertentu yang ada di sekitarnya sehingga anak dapat memahami konsep sederhana dan menemukan berbagai macam alternatif untuk memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Ranah afektif dalam Taksonomi Bloom berisi tentang perilaku- perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap dan cara penyesuaian diri. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang mencakup pemberian pengalaman belajar dan praktik yaitu kecenderungan untuk meniru atau berperilaku.
2. Metode Karyawisata
Metode ini dilakukan dengan mengajak siswa mengunjungi suatu objek secara langsung untuk memberikan pengalaman belajar yang tidak diperolehnya di dalam kelas. Kunjungan ini bisa ke sekitar sekolah, pasar, bank, museum, kebun binatang, pantai dan sebagainya. Melalui kegiatan ini, anak dapat melihat, mengenal dan mengamati secara langsung objek-objek yang dikunjungi. Selain itu, dengan berkaryawisata anak Taman Kanak-kanak memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, meningkatkan perbendaharaan kata, menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya. Contoh siswa diajak pergi ke kebun binatang untuk mengenal dan mengamati berbagai macam binatang yang ada di situ.
3. Metode Bercakap-cakap
Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari pengertian tersebut, maka metode bercakap-cakap dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan pelajaran yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa.
Metode ini bermanfaat untuk meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaan, keinginan, kebutuhan secara lisan dan juga memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tema yang telah diajarkan guru. Selain itu, dengan bercakap-cakap anak dapat menjalin hubungan sosial yang menyenangkan dengan anak lain atau guru. Contoh siswa diajak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan yang dilakukan oleh tukang kayu sebelum membuat meja dan kursi atau kegiatan yang dilakukan oleh pedagang beras yang berjualan di pasar.
4. Metode Bercerita
 
Metode bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita secara lisan baik dengan membaca langsung dari buku maupun dengan menggunakan ilustrasi gambar. Melalui metode bercerita, anak dilatih untuk menjadi pendengar yang kritis dan kreatif. Pendengar yang kritis mampu menemukan kesesuaian antara yang telah didengar dengan yang telah dipahami.
Sedangkan pendengar yang kreatif mampu menemukan pemikiran-pemikiran baru dari apa yang telah didengarnya. Manfaat lain yang dapat dirasakan dari metode ini adalah dapat melatih konsentrasi dan daya tangkap serta membantu perkembangan imajinasi anak. Contoh guru bercerita mengenai Putri Kemuning dan sekelompok orang kerdil yang sedang mengukur panjang kayu untuk membuat meja, kursi dan tempat tidur.
5. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi merupakan suatu cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Metode ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa kepada anak. Selain itu, juga dapat meningkatkan daya pikir anak Taman Kanak- kanak terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat dan berpikir baik kritis maupun kreatif.
Contoh guru memperagakan di depan siswa cara mengukur dengan menggunakan jengkal, langkah, pita, lidi, sedotan dan penggaris buatan.
6. Metode Proyek
Metode proyek merupakan suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberi anak permasalahan atau persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Manfaat dari metode ini adalah untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimilikidan memberikan peluang bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya. Contoh siswa dihadapkan pada suatu masalah bagaimana cara mengukur panjang kayu dan alat apa saja yang harus dipersiapkan.
7. Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas merupakan suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak Taman Kanak-kanak. Manfaat dari metode ini adalah untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Contoh siswa diminta menghubungkan gambar benda dengan gambar alat yang sesuai untuk menimbang.
…