Menurut R.J. Drost dalam Mardiyanto
(2008:12) taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak usia prasekolah. Taman
Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk usia prasekolah sehingga kegiatannya
mencakup kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dalam kurikulum 2004 Taman
Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004:2) disebutkan bahwa Taman
Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Berdasarkan definisi di atas, anak
Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang
usia antara empat sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti
(2007:6) yang menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak
usia antara lima sampai dengan enam tahun.
Masa Kanak-kanak merupakan masa saat
anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka
cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau
empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri
dan sering merubah aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 1997: 27).
Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh potensi yang dimilikinya.
Pada masa itu pula terjadi
pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin,
kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.
Dalam kurikulum 2004 Taman
Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) menguraikan bahwa pendekatan
pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu
program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan
dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan
pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi
intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai
jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing
anak.
2. Bermain Sambil Belajar atau
Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan
Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman
Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain
menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian
serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
Melalui kegiatan bermain anak diajak
untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat
dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga
merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan
yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.
3. Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi
anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran
hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan
sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar di Taman
Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan
dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode
pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini,
diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan
fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian,
seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut
Moeslichatoen (1999) adalah :
1. Metode bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian
atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi
pada anak (Sudono, 2000:1). Menurut Sally (2008:17) bermain berarti anak itu sedang
melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Sedangkan menurut
Hildebrand (1986:54), bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa,
mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk menstransformasi secara
imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa.
Berdasarkan definisi bermain di
atas, bermain merupakan suatu sarana bagi anak untuk berlatih, mengeksploitasi
dan merekayasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan atau
tanpa menggunakan alat untuk memperoleh informasi, kesenangan dan mengembangkan
daya imajinasinya. Dengan demikian, aktivitas bermain tidak sama dengan
aktivitas lain seperti belajar. Walaupun sebenarnya dengan bermain, anak juga
telah melakukan aktivitas belajar.
Ada beberapa ciri yang membedakan
bermain dengan aktivitas lainnya yaitu: Aktivitas bermain dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi anak. Aktivitas bermain dapat dilakukan secara
spontan dan sukarela tanpa adanya unsur paksaan karena anak yang menciptakan
permainanya sendiri.
Kegiatan bermain berdasarkan
jenisnya terdiri dari bermain aktif dan bermain pasif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2001:58) yang mengemukakan ada dua
penggolongan utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif.
Kegiatan bermain aktif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan
kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan
sendiri. Kegiatan ini meliputi bermain bebas dan spontan, bermain konstruktif,
bermain khayal atau bermainperan, mengumpulkan benda-benda, melakukan
penjelajahan, permainan dan olahraga, musik dan melamun.
Sedangkan bermain pasif dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas
fisik. Misalnya membaca, melihat komik, menonton film, mendengarkan radio dan
mendengarkan musik.
Bermain tidak hanya menyenangkan
bagi anak, tetapi juga mempunyai manfaat yang sangat besar bagi
perkembangannya. Salah satunya adalah memperoleh pengalaman belajar yang sangat
berguna untuk anak. Menurut Noviyanti ada beberapa manfaat bermain di antaranya
adalah mengembangkan daya khayal anak.
Dengan berkhayal, penghayatan anak
ketika bermain akan menjadi lebih bermakna. Contoh ketika anak sedang bermain
dengan timbangan buatan, ia akan membayangkan sedang melakukan kegiatan
menimbang seperti yang dilakukan oleh para pedagang di toko atau di pasar.
Selain itu, dengan bermain secara tidak langsung anak telah mengembangkan
kreativitas. Saat bermain anak seringkali menemukan pengalaman atau hal-hal baru.
Hal-hal baru itu kemudian akan diaplikasikan di luar dunia bermainnya.
Misal anak akan tahu bagaimana cara
mengukur setelah bermain dengan menggunakan penggaris buatan. Melalui kegiatan
ini, anak juga dapat memuaskan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang terjadi
di sekitarnya. Bermain bagi siswa Taman Kanak-kanak merupakan kegiatan yang
bermanfaat dalam perkembangan berbagai aspek yang menyangkut tiga ranah yaitu
kognisi, afektif(sosio-emosional) dan psikomotorik (fisik-motorik). Ranah
kognisi pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan berpikir dan cara individu
memperoleh informasi dari lingkungan (Rosdianawati, 2006:12).
Dalam Kurikulum 2004 Taman
Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dalam pengembangannya
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir. Di sini anak diajak untuk mengenal dan
belajar mengenai obyek-obyek tertentu yang ada di sekitarnya sehingga anak
dapat memahami konsep sederhana dan menemukan berbagai macam alternatif untuk
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Ranah afektif dalam Taksonomi Bloom
berisi tentang perilaku- perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi
seperti minat, sikap dan cara penyesuaian diri. Sedangkan ranah psikomotorik
berkaitan dengan keterampilan yang mencakup pemberian pengalaman belajar dan
praktik yaitu kecenderungan untuk meniru atau berperilaku.
2. Metode Karyawisata
Metode ini dilakukan dengan mengajak
siswa mengunjungi suatu objek secara langsung untuk memberikan pengalaman
belajar yang tidak diperolehnya di dalam kelas. Kunjungan ini bisa ke sekitar
sekolah, pasar, bank, museum, kebun binatang, pantai dan sebagainya. Melalui
kegiatan ini, anak dapat melihat, mengenal dan mengamati secara langsung
objek-objek yang dikunjungi. Selain itu, dengan berkaryawisata anak Taman
Kanak-kanak memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal,
meningkatkan perbendaharaan kata, menambah pengetahuan dan memperluas
wawasannya. Contoh siswa diajak pergi ke kebun binatang untuk mengenal dan
mengamati berbagai macam binatang yang ada di situ.
3. Metode Bercakap-cakap
Bercakap-cakap merupakan salah satu
bentuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari pengertian tersebut, maka metode
bercakap-cakap dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan pelajaran
yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa.
Metode ini bermanfaat untuk
meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaan, keinginan, kebutuhan
secara lisan dan juga memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tema yang
telah diajarkan guru. Selain itu, dengan bercakap-cakap anak dapat menjalin
hubungan sosial yang menyenangkan dengan anak lain atau guru. Contoh siswa diajak
melakukan tanya jawab mengenai kegiatan yang dilakukan oleh tukang kayu sebelum
membuat meja dan kursi atau kegiatan yang dilakukan oleh pedagang beras yang
berjualan di pasar.
4. Metode Bercerita
Metode bercerita merupakan salah
satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan
membawakan cerita secara lisan baik dengan membaca langsung dari buku maupun
dengan menggunakan ilustrasi gambar. Melalui metode bercerita, anak dilatih
untuk menjadi pendengar yang kritis dan kreatif. Pendengar yang kritis mampu
menemukan kesesuaian antara yang telah didengar dengan yang telah dipahami.
Sedangkan pendengar yang kreatif
mampu menemukan pemikiran-pemikiran baru dari apa yang telah didengarnya.
Manfaat lain yang dapat dirasakan dari metode ini adalah dapat melatih
konsentrasi dan daya tangkap serta membantu perkembangan imajinasi anak. Contoh
guru bercerita mengenai Putri Kemuning dan sekelompok orang kerdil yang sedang
mengukur panjang kayu untuk membuat meja, kursi dan tempat tidur.
5. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi merupakan suatu
cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Metode
ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu kejadian atau
peristiwa kepada anak. Selain itu, juga dapat meningkatkan daya pikir anak
Taman Kanak- kanak terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat
dan berpikir baik kritis maupun kreatif.
Contoh guru memperagakan di depan
siswa cara mengukur dengan menggunakan jengkal, langkah, pita, lidi, sedotan
dan penggaris buatan.
6. Metode Proyek
Metode proyek merupakan suatu cara
pemberian pengalaman belajar dengan memberi anak permasalahan atau persoalan
sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Manfaat dari metode ini
adalah untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimilikidan memberikan
peluang bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya. Contoh siswa dihadapkan
pada suatu masalah bagaimana cara mengukur panjang kayu dan alat apa saja yang
harus dipersiapkan.
7. Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas merupakan
suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara
sengaja diberikan kepada anak Taman Kanak-kanak. Manfaat dari metode ini adalah
untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan
penguasaan perolehan hasil belajar. Contoh siswa diminta menghubungkan gambar
benda dengan gambar alat yang sesuai untuk menimbang.
…